Test Scenario Vs Test Case

Blog image

Apa itu Test Scenario?
Test Scenario memberikan gambaran tentang apa yang perlu diuji. Test Scenario bisa dianggap sebagai versi tingkat tinggi dari Test Case.


Test Scenario menjawab pertanyaan: "Apa yang akan diuji?"
Misalnya, kita ingin menguji fungsi halaman login aplikasi Gmail. Test Scenario untuk halaman login Gmail bisa seperti berikut:
Contoh Test Scenario: Memastikan bahwa fitur login berfungsi dengan baik.


Apa itu Test Case?
Test Case adalah langkah-langkah detail yang perlu dilakukan dalam suatu Test Scenario. Setiap Test Case memiliki kondisi awal, data uji, hasil yang diharapkan, kondisi setelah pengujian, dan hasil sebenarnya.


Test Case menjawab pertanyaan: "Bagaimana cara menguji?"
Misalnya, kita ingin menguji fungsi halaman login aplikasi Gmail. Berikut beberapa contoh Test Case untuk fitur login Gmail:

  • Test Case 1: Masukkan Username dan Password yang valid
  • Test Case 2: Masukkan Username yang valid dan Password yang tidak valid
  • Test Case 3: Masukkan Username yang tidak valid dan Password yang valid
  • Test Case 4: Masukkan Username dan Password yang tidak valid

Mengapa kita menulis test case?

  • Memberikan dokumentasi yang jelas dan terperinci tentang pengujian, sehingga memudahkan tim dalam memahami dan menjalankannya.
  • Memastikan pengujian dilakukan dengan pendekatan yang sistematis dan terstruktur, sehingga meningkatkan kualitas produk.
  • Membantu dalam validasi fitur baru selama proses pengembangan produk, memastikan bahwa perubahan tidak merusak fungsi yang sudah ada.

Mengapa kita menulis test case?

  • Tidak mengandalkan ingatan saja: Mengandalkan ingatan saat menguji sistem berisiko dan tidak efektif. Menulis test case membantu memastikan pengujian dilakukan secara konsisten setiap kali ada tugas yang berulang. Ada banyak aspek yang perlu diingat, seperti kondisi awal, langkah-langkah pengujian, hasil yang diharapkan, dan hasil sebenarnya.
  • Dokumentasi yang berguna bagi QA baru: Test case yang dibuat secara detail dan mendalam menjadi sumber informasi penting bagi QA yang baru bergabung atau QA dari tim lain. Dengan membaca dokumentasi test case, QA baru bisa menjalankan pengujian dengan lebih mandiri tanpa harus banyak bergantung pada bantuan langsung dari tim QA terkait.

Mengapa kita perlu menulis test case?

  • Kita tidak bisa selamanya menjadi satu-satunya orang yang menangani proyek atau produk. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa kita akan tetap berada di tim atau perusahaan saat ini. Oleh karena itu, dokumentasi kasus uji penting untuk diwariskan sebagai aset bagi tim QA di masa depan dan menjaga kelangsungan produk.
  • Sebelum beralih ke pengujian otomatis untuk mengurangi pengujian manual, hal paling penting yang harus dilakukan adalah memiliki kasus uji manual yang terperinci dan terstruktur. Ini akan menjadi dasar yang kuat untuk dikonversi ke skrip otomatisasi. Kasus uji manual ini juga bisa menjadi acuan untuk melihat sejauh mana pengujian manual sudah tercakup dalam pengujian otomatis.

Mengapa kita perlu menstandarisasi format test case?

1 Agar seluruh tim memiliki standar yang sama dalam menyusun kasus uji.
2 Untuk memastikan bahwa pendekatan ini menjadi bagian dari budaya kerja QA di perusahaan.
3 Menghindari perbedaan sudut pandang dalam proses pengujian.
4 Mencegah ketidakkonsistenan dalam kualitas fitur atau produk yang diuji oleh QA.
5 Mempermudah analisis masalah dan pembuatan laporan bug.

Bidang Wajib dalam test case dan Cara Menuliskannya

1 Judul – Beri nama yang jelas dan ringkas untuk kasus uji agar mudah dikenali.
2 Prasyarat – Sebutkan kondisi yang harus dipenuhi sebelum menjalankan pengujian.
3 Langkah-langkah – Jelaskan urutan tindakan yang perlu dilakukan dalam pengujian secara detail.
4 Hasil yang Diharapkan – Tentukan hasil yang seharusnya muncul jika sistem bekerja dengan benar.

Judul
Judul test case harus unik dan jelas. Sebaiknya dibuat singkat agar mudah dibaca.
Judul adalah bagian paling penting dari test case karena memberi gambaran tentang tujuan pengujian dan membantu siapa pun memahami apa yang sedang diuji.
Saat menulis judul test case, pastikan menjawab dua pertanyaan ini:
- Apa yang sedang diuji?
- Dalam kondisi apa kasus uji ini harus dijalankan?

Judul yang baik memungkinkan seseorang memahami pengujian hanya dengan membacanya, meskipun tetap disarankan untuk membaca seluruh kasus uji agar lebih jelas.

Judul
Contoh:
- Masuk dengan Email dan Kata Sandi yang Terdaftar
- Klik Tombol "Login" Tanpa Mengisi Semua Kolom
- Cari tiket Kereta untuk 2 Penumpang Dewasa

Pre-Condition
Pre-Condition adalah kondisi sistem atau lingkungan yang harus dipenuhi sebelum suatu pengujian bisa dilakukan. Ini merupakan kumpulan persyaratan yang perlu dipenuhi sebelum menjalankan kasus uji. Beberapa jenis pre-kondisi yang umum digunakan meliputi:
- Langkah sebelumnya yang telah dieksekusi dalam urutan pengujian.
- Hasil dari langkah sebelumnya dalam urutan pengujian.
- Ketersediaan data yang diperlukan untuk menjalankan kasus uji.

Selain itu, pre-Condition membantu kita menghindari penulisan terlalu banyak langkah dalam test case, sehingga membuat proses pengujian lebih efisien dan menghemat waktu.

Pre-Condition
Sebagai contoh:
Judul: Login dengan Email dan Password Terdaftar
Pre-Condition:
- Pengguna memiliki akun yang terdaftar di KAI
- Pengguna belum login
- Pengguna sudah berada di halaman Login

Dalam contoh ini, sebelum kita melakukan langkah-langkah untuk menguji fitur login, ketiga kondisi tersebut harus sudah dipenuhi.

Langkah-langkah
Dalam pengalaman saya, menulis langkah-langkah adalah bagian paling melelahkan dalam proses membuat kasus uji. Bagian ini menjelaskan "bagaimana" cara mencapai tujuan pengujian.
Langkah-langkah uji harus ditulis secara sistematis dan jelas agar orang lain dapat memahami cara melakukan pengujian dengan mudah. Ini sangat penting terutama bagi anggota tim baru atau mereka yang belum memiliki banyak pengetahuan tentang produk.
Langkah uji yang baik adalah langkah-langkah yang mudah diikuti karena instruksi ditulis dengan cara yang ramah pengguna.
Oleh karena itu, kita perlu menulisnya dengan cara yang mudah dipahami.

Langkah-langkah
Contoh:
Judul: Login dengan Email dan Kata Sandi yang Terdaftar
Pre-Condition:
- Pengguna memiliki akun yang terdaftar di KAI
- Pengguna belum login
- Pengguna sudah berada di halaman Login

Langkah-langkah:
1 Klik pada kolom Email
2 Masukkan alamat email yang terdaftar
3 Klik pada kolom Kata Sandi
4 Masukkan kata sandi yang valid untuk email yang terdaftar
5 Klik tombol Login

Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan adalah hasil ideal yang seharusnya terjadi setelah langkah-langkah pengujian dilakukan. Ini digunakan untuk memeriksa apakah pengujian berhasil atau gagal dengan membandingkan hasil yang diharapkan dengan hasil aktual.
Langkah-langkah pengujian akan menentukan bagaimana pengujian dilakukan, sedangkan hasil yang diharapkan membantu memvalidasi apakah hasilnya sudah sesuai.
Apakah setiap langkah dalam kasus uji harus memiliki hasil yang diharapkan? Tidak selalu. Banyak organisasi hanya mencantumkan hasil yang diharapkan di langkah terakhir, karena:
1 Langkah-langkah sebelumnya biasanya memiliki hasil yang jelas atau sudah dijelaskan dalam kasus uji lain.
2 Menulis hasil yang diharapkan di setiap langkah bisa sangat melelahkan dan memakan waktu.
3 Waktu untuk menulis kasus uji sering terbatas, jadi efisiensi sangat penting.

Namun, jika ada langkah tertentu yang memerlukan hasil yang diharapkan yang berbeda dari biasanya, maka sebaiknya tetap dicantumkan.

Hasil yang Diharapkan
Contoh:
Judul: Login dengan Email dan Kata Sandi yang Terdaftar
Pre-Condition:
- Pengguna memiliki akun yang terdaftar di KAI
- Pengguna belum login
- Pengguna sudah berada di halaman Login

Langkah-langkah:
1 Klik pada kolom Email
2 Masukkan alamat email yang terdaftar
3 Klik pada kolom Kata Sandi
4 Masukkan kata sandi yang valid untuk email yang terdaftar
5 Klik tombol Login

Hasil yang Diharapkan:
Pengguna berhasil login ke sistem tanpa kendala.